Oleh: Dr. Raghib As-Sirjani
Sumber: Islamstory.com
Tidak diragukan lagi bahwa hari
kehancurannya orang-orang zhalim adalah hari raya (ied)!
Sehingga apabila orang-orang yang
terzhalimi bukan dari golongan Muslimin sekalipun, kita tetap membenci
kezhaliman dan mencela. Kita bahagia dan gembira dengan hilangnya kezhaliman. Setiap
bentuk kezhaliman itu selalu dibenci, Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits
qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzar r.a, dari Rasulullah SAW
memberi kabar dari Tuhan Yang Maha Mulia:
"يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ
مُحَرَّمًا، فَلاَ تَظَالَمُوا"
“Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim terhadap diri-Ku, dan menjadikannya
haram diantara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi”.
Oleh karena itu tatkala Rasulullah
SAW memasuki Madinah Al-Munawwarah setelah hijrahnya dari Makkah, beliau
mendapati orang-orang Yahudi melakukan shaum pada hari ‘Aysûrâ -yaitu hari kesepuluh pada bulan Muharram-.
Kemudian beliau bersabda –sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim dari Ibnu Abbas r.a,:
"مَا هَذَا؟" قالوا: هذا يومٌ صالح، هذا يوم نجَّى اللهُ
بني إسرائيل من عدوهم فصامه موسى. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
"فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ"؛
فصامه وأمر بصيامه
“Apa ini”, mereka menjawab: “ini
adalah hari kebaikan, hari dimana Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari
musuh-musuh mereka kemudian Musa as shaum pada hari tersebut”, Rasulullah SAW
bersabda: “Maka aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”, maka beliau
shaum dan memerintahkan untuk melaksanakan shaum.
Shaum ‘Aysûrâ pada awalnya adalah wajib bagi setiap muslim. Ketika
diwajibkan shaum Ramadhan, Rasulullah SAW menjadikannya sebagai sunnah tetapi
beliau ingin menganjurkan kaum Muslimin untuk tidak meninggalkan shaum ini.
Kemudian Beliau bersabda –sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu
Qatadah r.a,-:
"صِيَامُ عَاشُورَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً"
“Shaum pada hari ‘Aysûrâ akan menebus
dosa pada tahun yang telah lalu”.
Dan pasti kita akan
bertanya-tanya: Mengapa perhatian yang besar dan peringatan yang agung ini pada
hari ‘Aysûrâ?
Sesungguhnya pelajaran yang jelas
dan tujuan yang jelas pula mengenai hal ini adalah keinginan Rasulullah SAW agar
peringatan ini tidak berlalu dalam pikiran kaum Muslimin tanpa pemikiran dan
pemahaman. Beliau ingin kita mempelajari peristiwa ini meskipun hanya satu kali
setiap tahun, yaitu peristiwa yang besar dan pelajaran yang dalam.
Telah berlalu suatu masa kepada
Bani Israil dimana kebanyakan orang merasa bahwa pertolongan itu jauh, harapan
yang hampir hilang dalam perubahan realita, Fir’aun akan selalu membebani
rakyat-rakyatnya sepanjang zaman dan tentara-tentara yang zhalim akan selalu di
tempat-tempat mereka bagaimanapun orang-orang lemah Bani Israil berusaha.
Kemudian apa yang terjadi?
Sesungguhnya kita semua melihat
dan paham tetapi kebanyakan kita lupa!
Kita melihat Fir’aun memimpin
pasukannya dalam kecongkakan dan kesombongan untuk menerobos laut setelah ia
melihat mukjizat terbelahnya lautan. Kemudian ia beserta para pasukan dan
penolongnya celaka secara bersamaan dalam satu waktu. Kita lihat peristiwa ini
dan memahami bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kita mengetahui
dengan jelas bahwa orang-orang zhalim pasti akan pergi. Bagaimanapun hukum-hukum
dan kesombongan mereka yang berlangsung lama pasti akan berakhir. Betapa
hebatnya sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari r.a,:
"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ"، ثم
قرأ: وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى
وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Sesungguhnya Allah SWT pasti
akan menangguhkan orang zhalim sehingga apabila Dia menyiksanya Dia tidak akan
membebaskannya”, kemudian Rasulullah SAW membaca: “Dan begitulah azab
Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (Q.S. Hûd: 102).
Sesungguhnya inilah yang
Rasulullah SAW inginkan agar kita mengingatnya.
Sesungguhnya harapan itu tidak selalu
mati di hati kita. Bagaimanapun keadaan darurat yang melanda orang-orang mukmin,
mereka akan keluar dari keadaan tersebut dengan keutamaan dan kekuatan Allah
SWT. Allah SAWT berfirman:
وَالْعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِينَ
“dan kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. al-A’râf: 128)
Kemudian sunnahnya kehancuran
orang-orang zhalim bukanlah satu-satunya peristiwa yang terjadi pada kehidupan
nabi Musa as ketika hancurnya Fir’aun yang melampaui batas dan sombong,
melainkan suatu peristiwa yang berulang-ulang dengan bentuk yang lebih banyak
dalam peristiwa-peristiwa di dunia. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman:
وَكَمْ
قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا
آَخَرِينَ
“Dan berapa banyak (penduduk)
negeri yang zalim yang teIah Kami binasakan, dan Kami jadikan generasi yang
lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya).” (Q.S. Al-Anbiyâ`: 11)
Dan betapa dalamnya kalimat yang disabdakan
oleh Rasulullah SAW pada hari terbunuhnya Abu Jahal pada hari Badar ketia ia
bertakbir, kemudian Beliau bersabda:
"هَذَا فِرْعَوْنَ هَذِهِ الأُمَّةِ"
“Ini adalah Fir’aunnya umat ini”.
Sungguh Rasulullah SAW telah menghubungkan
dalam satu kalimat antara Fir’aun pertama yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an
dan Fir’aun yang baru, Abu Jahal agar ditanamkan dalam ingatan kita bahwa
bentuk yang telah disebutkan Allah SWT mengenai Fir’aun dalam kitab-Nya bukan
hanya sejarah tentang peristiwa masa lalu, hanyasannya ia adalah suatu sifat
yang sangat dalam untuk tipe para Fir’aun yang sombong, penjelasan yang rinci
tentang perjalanan hidupnya, cara berpikirnya, perantara-perantara
kesombongannya dan posisi orang-orang mukmin diantara mereka. Kemudian pada akhirnya
ia adalah penjelasan untuk kesudahan mereka bagaimanapun mereka sombong dan
zhalim.
Rasulullah SAW menjadikan Al-Qur’an
sebagai kitab nyata yang hidup bagi kita. Setiap muslim membuka kitab ini dan
membaca lembaran-lembaran tentang Fir’aun, ia akan menemukan waktu dan tempat
kehidupan Fir’aun. Betapa banyaknya Fir’aun! Dan betapa banyak bentuk yang mereka
kenakan! Kadang kala datang dalam bentuk kekufuran penyembah berhala, kadang
kala datang dalam bentuk tentara salib, kadang kala datang dengan bentuk Tatar,
kadang kala datang dalam bentuk penjajah Eropa, bahkan banyak pula yang datang dengan
bentuk Muslim!!
Benar,,,betapa banyaknya Fir’aun!
Akan tetapi termasuk yang
ditetapkan bahwa mereka semua memiliki akhir dan Allah SWT tidak akan
mengingkari janji.
Makna inilah yang Rasulullah SAW
kehendaki masuk dalam akal kita, inilah sebabnya kita peringati hari ‘Aysûrâ. Dan
inilah pelajaran yang harus kita ambil dari suatu peristiwa. Tidak seharusnya
kita membiarkan media atau sebagian kelompok membawa kita jauh dari tujuan ini.
Dan tidak seharusnya kita membiarkan mereka menyalah gunakan pikiran kita,
memalingkan tujuan dan prinsip kita dari kehendak Rasul dan Tauladan kita
Muhammad SAW.
Sesungguhnya hari ‘Aysûrâ adalah hari yang baik. Hari dicabutnya
kezhaliman, ditolongnya keimanan dan munculnya kekuasaan Tuhan Semesta Alam.
Sumber: Islamstory.com